Apa Itu Stunting pada Anak? Cek Penjelasan Medisnya di Sini!

Apa Itu Stunting pada Anak? Cek Penjelasan Medisnya di Sini!

apa itu stunting pada anak?
apa itu stunting pada anak?
apa itu stunting pada anak?

Stunting adalah masalah kesehatan yang serius tidak hanya terjadi di Indonesia saja tapi juga di seluruh dunia. Berdasarkan data dari UNICEF, jumlah anak yang mengalami stunting di seluruh dunia mencapai hampir 150 juta anak.

Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan anak terhambat sehingga tinggi badannya lebih rendah dari standar yang digunakan sebagai acuan. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia menambahkan bahwa penyebab stunting pada anak juga terjadi karena berbagai kondisi yang tidak bisa diubah akibat kekurangan asupan nutrisi atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan, terhitung sejak konsepsi anak di dalam kandungan hingga anak mencapai usia 2 tahun.

Di Indonesia, meski menurun, angka prevalensi stunting masih berada di angka 30,8% pada tahun 2018. Angka ini merupakan anak-anak yang mengalami stunting dan dikhawatirkan berdampak negatif secara signifikan terhadap kualitas hidup anak di masa depan.

Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengetahui apa itu stunting pada anak dan cara-cara mencegah terjadinya stunting pada anak-anak di Indonesia.

 

Baca juga:  Apa Saja Indikator Stunting Menurut WHO? Cek di Sini!

 

5 Ciri-Ciri dan Gejala Anak Stunting

Ada beberapa ciri-ciri dan gejala anak stunting yang perlu Ibu pahami, di antaranya:

1. Tinggi badan pendek

Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan yang lebih rendah dari dua deviasi standar di bawah median WHO Child Growth Standards. Ini berarti anak yang mengalami stunting jauh lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak sebaya. Tinggi badan pendek adalah tanda paling jelas dari stunting, dan disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dalam jangka panjang dan/atau infeksi berulang, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

2. Keterlambatan perkembangan fisik

Anak-anak yang mengalami stunting biasanya menunjukkan perkembangan fisik yang lambat, seperti keterlambatan dalam keterampilan motorik. Keterlambatan ini dapat bisa berdampak secara siginfikan dalam jangka panjang terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak, serta kesehatan secara keseluruhan.

3. Perkembangan kognitif yang buruk

Anak-anak yang mengalami stunting umumnya mengalami perkembangan kognitif yang terganggu, seperti kurangnya rentang atensi atau perhatian, serta konsentrasi dan daya ingat yang kurang baik. Hal ini disebabkan karena otak membutuhkan nutrisi yang cukup untuk berkembang dengan baik, dan anak-anak yang mengalami stunting sering mengalami masalah malnutrisi atau kekurangan nutrisi yang dapat menghambat perkembangan otak.

4. Risiko infeksi yang lebih tinggi

Anak-anak yang mengalami stunting lebih rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya yang lemah. Anak yang mengalami stunting akan akan lebih sering sakit atau terkena infeksi yang cukup parah. Tingginya risiko infeksi yang berulang ini dapat memperburuk masalah tumbuh kembang mereka.

5. Risiko penyakit kronis yang lebih tinggi

Anak-anak yang mengalami stunting berisiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas. Hal ini karena stunting dapat menyebabkan perubahan dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan masalah kesehatan kronis pada masa dewasa nanti.

 

Baca juga:  10 Ciri-Ciri Stunting yang Wajib Diwaspadai

 

WHO: 9 Cara Mencegah Stunting pada Anak

Dokumen WHO berjudul Global Nutrition Targets 2025 - Stunting Policy Brief  memberikan beberapa rekomendasi untuk mencegah stunting pada anak-anak. Berikut adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam skala kecil sebagai program pencegahan stunting:

1. Meningkatkan asupan gizi dan nutrisi ibu sebelum dan selama kehamilan

Hal ini dapat dicapai melalui asupan makanan seimbang dan nutrisi yang tepat untuk menjaga kesehatan ibu dan janin. Tindakan ini meliputi konsumsi makanan yang kaya akan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain itu, suplemen zat besi dan asam folat juga membantu mengurangi risiko bayi lahir dengan berat rendah.

2. Mendorong pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif di 6 bulan pertama kehidupan bayi sangat penting karena ASI mengandung nutrisi yang dibutuhkan bayi sekaligus memberikan kekebalan alami untuk pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Setelah 6 bulan, anak sebaiknya mendapatkan asupan makanan pendamping yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi tambahan yang dia butuhkan. Meski demikian, asupan ASI sedianya dilanjutkan hingga bayi berusia minimal 2 tahun.

3. Memberikan makanan pendamping yang sesuai

Saat bayi mulai mengonsumsi makanan pendamping, sebaiknya makanan pendamping yang diberikan mengandung nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi tambahan anak yang disesuaikan seiring dengan bertambahnya usia. Makanan yang tepat dan bergizi seimbang artinya makanan tersebut mengandung protein, vitamin, dan mineral yang cukup dan takarannya sesuai dengan kebutuhan harian anak.

4. Meningkatkan akses ke air bersih, sanitasi, dan kebersihan

Akses terhadap air bersih, sanitasi, dan kebersihan yang baik dapat melindungi anak dari penyakit yang berkaitan dengan pencernaan seperti diare, dan penyakit lainnya yang diakibatkan oleh akses sanitasi yang buruk seperti malaria, cacingan, dan lainnya.

5. Mendorong pengasuhan yang responsif dan lingkungan yang baik

Pengasuhan yang responsif dan lingkungan yang baik dan suportif sangat penting untuk membantu perkembangan anak secara fisik maupun mental. Pengasuhan serta lingkungan memberikan anak kesempatan untuk belajar dan bermain yang baik sekaligus mendorong anak perkembangan kognitif serta motorik anak.

6. Meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan dan gizi

Layanan kesehatan dasar dan akses terhadap informasi dan asupan gizi yang memadai artinya ibu bisa mendapatkan akses dan informasi untuk memantau pertumbuhan anak secara teratur, skrining untuk malnutrisi, dan akses pengobatan untuk malnutrisi. Intervensi ini diperlukan untuk memastikan anak beserta ibu turut mendapatkan nutrisi yang cukup dan memadai.

 

Baca juga:  10 Cara Mencegah Stunting pada Anak Usia Dini

 

7. Melaksanakan program perlindungan sosial

Program perlindungan sosial diperlukan untuk membantu keluarga rentan agar dapat mengakses makanan, perawatan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya yang penting untuk kesehatan dan perkembangan anak.

8. Melibatkan masyarakat dan memberdayakan mereka

Melibatkan masyarakat dan memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan untuk meningkatkan gizi dan mengurangi stunting sangat penting. Dalam hal ini, dapat meliputi meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan memberikan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.

9. Menyediakan nutrisi yang cukup untuk ibu hamil

Selain memberikan nutrisi yang cukup untuk janin, penting juga untuk memastikan bahwa ibu hamil sendiri mendapatkan nutrisi yang cukup dan seimbang selama kehamilan. Ini dapat membantu memastikan kesehatan dan perkembangan ibu dan bayi selama kehamilan dan setelah kelahiran.

Mengatasi stunting memang bukan pekerjaan mudah. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai pihak mulai dari skala rumah tangga, warga, komunitas, hingga pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk bahu membahu menangani masalah ini. Hal tersebut dikarenakan segala program maupun upaya yang ada akan sia-sia jika tidak terjadi kerja sama yang berkesinambungan. Diharapkan dengan semua pihak memahami arti stunting pada anak serta bahaya yang mengintai, semua pihak turut terlibat dalam mengentaskan masalah ini.

 

Baca juga:  Ketahui Potensi Optimal Pertumbuhan si Kecil di Sini!

 

PediaComplete: Asupan Nutrisi Tambahan untuk Anak

Sebagai salah satu upaya melengkapi kebutuhan gizi dan nutrisi anak, ibu bisa menambahkan PediaComplete sebagai asupan nutrisi untuk bantu tumbuh kembang anak.

PediaComplete, atau dahulu disebut Pediasure Complete hadir untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. PediaComplete mengantung nutrisi lengkap dan seimbang yang dapat menjadi pelengkap nutrisi anak. PediaComplete mengandung protein berkualitas, AA dan DHA, serta campuran lemak nabati yang mudah diserap sebagai sumber energi dan padat kalori.

Selain itu, PediaComplete rendah laktosa dan mengandung prebiotik FOS yang baik untuk kesehatan saluran cerna anak. Dengan rasa yang enak, PediaComplete juga disukai anak sehingga konsumsi anak dapat lebih terjaga. PediaComplete tersedia dalam rasa vanila dengan ukuran 400 dan 850 gram, sehingga dapat menjadi pilihan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

Perlu dipahami bahwa PediaComplete merupakan pangan olahan untuk keperluan medis khusus sebagai dukungan nutrisi pada anak berisiko gizi kurang. Makanya, ibu perlu mengonsultasikan penggunaan PediaComplete dengan dokter. Ingat, PediaComplete dapat dibeli dengan resep dokter.

SUMBER:

https://www.who.int/news/item/19-11-2015-stunting-in-a-nutshell

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting 

https://www.nature.com/articles/ejcn201647

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6980491/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5552116/ 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7975963/ 

https://www.weforum.org/agenda/2015/09/how-to-reduce-the-risk-of-stunted-growth/ 

https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/260202/9789241513647-eng.pdf 

https://data.unicef.org/topic/nutrition/malnutrition 

https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/665587/retrieve 

Rangkaian Produk PediaSure

Baca Selengkapnya Tentang Tumbuh Kembang si Kecil